Pupuk Kompos Rumah Tangga



        Untuk memulai berkebun, menumbuhkan tanaman apapun yang kita inginkan, dasarnya ada pada media tanamnya. Nah, media tanam apa yang disukai tanaman ? Sebenarnya ada banyak sekali jenis media tanam yang sangat cocok untuk tanaman. Cocopeat, sekam, hidroton, rockwoll, kompos, perlite dan masih banyak lagi. Yang mana paling oke? Sebenarnya semua oke! Yang manapun ingin kamu gunakan untuk memulai berkebun, bebas! Tidak ada kewajiban harus menggunakan media tanam ini dan itu.

Lah, jadi untuk apa membuat tulisan ini?

Tulisan ini kubuat untuk berbagi pengalaman bagaimana aku memulai berkebun organik kecil-kecilan di lahan sempit.  Aku ingin memiliki kebun mini sendiri, aku ingin menikmati sayuran tanpa harus cemas apakah sayuran ini di semprot menggunakan pupuk kimia? Atau disemprot bahan kimia pembasmi hama?

Tetapi tidak memiliki modal yang cukup untuk membeli media tanam yang berbagai macam dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Apalagi beli tanah yang luas hahaha. Setelah melakukan pencarian sana-sini melalui internet akhirnya aku memutuskan untuk membuat media tanam sendiri untuk lebih hemat. Media tanam yang kubuat adalah campuran tanah dan kompos rumah tangga.

Bagaimana caranya? Dan seberapakah hematnya… ?

1.      Modal Pembuatan

Untuk membuat media tanam ini ada dua yang dibutuhkan yaitu tanah dan pupuk kompos rumah tangga. Berhubung aku tidak memiliki tanah untuk berkebun mini maka aku membelinya dari toko yang menjual alat dan bahan berkebun. Untuk sekarung tanah yang berisi kurang lebih 15 Kg seharga delapan ribu rupiah. Jika beli dua karung maka harganya menjadi 15 ribu rupiah. Lumayan hemat seribu hehehehe.

Untuk pupuk kompos rumah tangga aku membuatnya sendiri, dimana alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sampah organik rumah tangga dan wadah untuk menyimpan sampah organik rumah tangga. Untuk sampah organik kita mendapatkannya dari sisa sampah dapur, jadi pastinya gratis 😊. Selain itu kita juga membantu dalam mengurangi polusi sampah. Sedangkan untuk wadah sampah organik dapat di beli atau dibuat sendiri.

Terdapat dua opsi yang dapat kutawarkan kepada kalian untuk wadah penyimpanan sampah organik rumah tangga dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Apakah itu ?

a.       Ember Biasa 

Awal mula aku memulai berkebun, aku hanya menggunakan satu ember saja. Dimana di bawah ember di lubangi dan di pasang kran air. Jika kamu kesulitan membuat sendiri, dapat minta tolong langsung ke karyawan toko menjual ember dan kran air untuk sekaligus di pasangkan. Jadi sampah langsung di masukkan ke dalam ember dan pastikan embernya ditutup dengan rapat. Sampah organik akan mengalami fermentasi dan akan mengeluarkan cairan. Cairan dari sampah organic ini sering disebut bokashi tea. Inilah yang akan kita keluarkan dari kran air yang sudah kita pasang di ember. Bokashi tea ini dapat kita campur ke dalam air ketika kita ingin menyiram tanaman. Kekurangan dari menggunakan satu ember, cairan dalam kran akan sulit keluar

b.     Ember Bekas Cat 2 Tumpuk

 


Jika kamu ingin bokashi tea nya di keluarkan dengan gampang maka membutuhkan 2 ember. Dimana ember pertama digunakan sebagai tempat pupuk cair dan dan ember kedua digunakan sebagai tempat pupuk padatannya. Bagian bawah ember pertama dipasang kran air. Kebetulan saya tidak memiliki kemampuan untuk membuat ember seperti ini, jadi kemarin saya minta tolong ke karyawan toko yang jual ember ini dan gratis hehehe. Untuk ember kedua bagian bawahnya di beri beberapa lubang sebagai jalur keluarnya air dari sampah organik yang telah terurai pada ember kedua menuju ember pertama. Jadi, sampah organik hanya di letakkan ke dalam ember bagian atas saja.

2.      Keuntungannya

Dengan modal yang sedikit kita mendapatkan 2 keuntungan. Yang pertama, pupuk dalam bentuk cairan dan padatan. Pupuk dalam bentuk cairan atau sering disebut dengan bokashi tea merupakan cairan yang berasal dari hasil fermentasi sampah organic. Maksudnya gimana? Jadi perlu kalian ketahui bahwa semua makhluk hidup pasti penyusun utamanya adalah air. Jika tubuh makhluk hidup terurai maka airnya juga akan keluar dari sel-sel tubuh makhluk hidup. Maka bokashi tea (pupuk cair) ini berasal dari sampah rumah tangga yang sudah mengalami penguraian. Bokashi tea ini biasanya ku campur ke dalam air penyiraman tanaman. Dan berfungsi sebagai pupuk tambahan tanaman jika media tanam kekurangan nutrisi.

Kedua, pupuk padatan adalah ampas atau sisa dari sampah organik yang sudah mengalami penguraian. Pupuk padatan inilah yang ku campur dengan tanah, kemudian campuran ini akan kubiarkan selama seminggu atau lebih. Dan inilah yang kugunakan sebagai media tanam. Menurutku campuran ini sangat luar biasa suburnya. Sayurku sangat subur menggunakan media tanam ini tanpa ada tambahan pupuk yang lain. Hanya saja memang membutuhkan waktu untuk mengerjakan dan menunggu sampah organic terurai. Biasanya aku menghabiskan waktu paling lama sebulan menunggu sampah organic terurai. Maka perlu manajemen waktu disini.

PERKIRAAN WAKTU

4 Minggu : Menunggu sampah organic terurai

1 Minggu : Media tanam siap pakai setelah sampah organic dicampur dengan tanah

Sambil menunggu media tanam, 2 minggu sebelum media tanam siap pakai bibit sudah dapat di semai.

Jadi, media tanam siap dipakai, bibit tanaman juga siap di pindah tanam.

Selamat mencoba nikmatnya memiliki kebun kecil di samping rumah 😊

Comments

Popular Post

SIKLUS MENSTRUASI, PROSES KEHAMILAN HINGGA HORMON YANG MEMPENGARUHINYA

MIRABILIS

Mengapa Kita Harus Makan Sayur?

SEED LEAVES VS TRUE LEAVES