Pupuk Kompos Rumah Tangga
Lah, jadi untuk apa
membuat tulisan ini?
Tulisan ini kubuat untuk
berbagi pengalaman bagaimana aku memulai berkebun organik kecil-kecilan di
lahan sempit. Aku ingin memiliki kebun
mini sendiri, aku ingin menikmati sayuran tanpa harus cemas apakah sayuran ini
di semprot menggunakan pupuk kimia? Atau disemprot bahan kimia pembasmi hama?
Tetapi tidak memiliki
modal yang cukup untuk membeli media tanam yang berbagai macam dengan segala
kekurangan dan kelebihannya. Apalagi beli tanah yang luas hahaha. Setelah
melakukan pencarian sana-sini melalui internet akhirnya aku memutuskan untuk
membuat media tanam sendiri untuk lebih hemat. Media tanam yang kubuat adalah
campuran tanah dan kompos rumah tangga.
Bagaimana caranya? Dan
seberapakah hematnya… ?
1.
Modal Pembuatan
Untuk membuat media tanam
ini ada dua yang dibutuhkan yaitu tanah dan pupuk kompos rumah tangga.
Berhubung aku tidak memiliki tanah untuk berkebun mini maka aku membelinya dari
toko yang menjual alat dan bahan berkebun. Untuk sekarung tanah yang berisi
kurang lebih 15 Kg seharga delapan ribu rupiah. Jika beli dua karung maka
harganya menjadi 15 ribu rupiah. Lumayan hemat seribu hehehehe.
Untuk pupuk kompos rumah
tangga aku membuatnya sendiri, dimana alat dan bahan yang dibutuhkan adalah
sampah organik rumah tangga dan wadah untuk menyimpan sampah organik rumah
tangga. Untuk sampah organik kita mendapatkannya dari sisa sampah dapur, jadi
pastinya gratis 😊.
Selain itu kita juga membantu dalam mengurangi polusi sampah. Sedangkan untuk
wadah sampah organik dapat di beli atau dibuat sendiri.
Terdapat dua opsi yang
dapat kutawarkan kepada kalian untuk wadah penyimpanan sampah organik rumah
tangga dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Apakah itu ?
a.
Ember Biasa
Awal mula aku memulai
berkebun, aku hanya menggunakan satu ember saja. Dimana di bawah ember di
lubangi dan di pasang kran air. Jika kamu kesulitan membuat sendiri, dapat
minta tolong langsung ke karyawan toko menjual ember dan kran air untuk
sekaligus di pasangkan. Jadi sampah langsung di masukkan ke dalam ember dan
pastikan embernya ditutup dengan rapat. Sampah organik akan mengalami
fermentasi dan akan mengeluarkan cairan. Cairan dari sampah organic ini sering
disebut bokashi tea. Inilah yang akan kita keluarkan dari kran air yang sudah
kita pasang di ember. Bokashi tea ini dapat kita campur ke dalam air ketika
kita ingin menyiram tanaman. Kekurangan dari menggunakan satu ember, cairan
dalam kran akan sulit keluar
b. Ember Bekas Cat 2 Tumpuk
Jika
kamu ingin bokashi tea nya di keluarkan dengan gampang maka membutuhkan 2 ember. Dimana
ember pertama digunakan sebagai tempat pupuk cair dan dan ember kedua digunakan
sebagai tempat pupuk padatannya. Bagian bawah ember pertama dipasang kran air.
Kebetulan saya tidak memiliki kemampuan untuk membuat ember seperti ini, jadi
kemarin saya minta tolong ke karyawan toko yang jual ember ini dan gratis
hehehe. Untuk ember kedua bagian bawahnya di beri beberapa lubang sebagai jalur
keluarnya air dari sampah organik yang telah terurai pada ember kedua menuju
ember pertama. Jadi, sampah organik hanya di letakkan ke dalam ember bagian atas saja.
2.
Keuntungannya
Dengan modal yang sedikit
kita mendapatkan 2 keuntungan. Yang pertama, pupuk dalam bentuk cairan dan
padatan. Pupuk dalam bentuk cairan atau sering disebut dengan bokashi tea
merupakan cairan yang berasal dari hasil fermentasi sampah organic. Maksudnya
gimana? Jadi perlu kalian ketahui bahwa semua makhluk hidup pasti penyusun
utamanya adalah air. Jika tubuh makhluk hidup terurai maka airnya juga akan
keluar dari sel-sel tubuh makhluk hidup. Maka bokashi tea (pupuk cair) ini
berasal dari sampah rumah tangga yang sudah mengalami penguraian. Bokashi tea
ini biasanya ku campur ke dalam air penyiraman tanaman. Dan berfungsi sebagai
pupuk tambahan tanaman jika media tanam kekurangan nutrisi.
Kedua, pupuk padatan
adalah ampas atau sisa dari sampah organik yang sudah mengalami penguraian.
Pupuk padatan inilah yang ku campur dengan tanah, kemudian campuran ini akan
kubiarkan selama seminggu atau lebih. Dan inilah yang kugunakan sebagai media
tanam. Menurutku campuran ini sangat luar biasa suburnya. Sayurku sangat subur
menggunakan media tanam ini tanpa ada tambahan pupuk yang lain. Hanya saja memang
membutuhkan waktu untuk mengerjakan dan menunggu sampah organic terurai. Biasanya
aku menghabiskan waktu paling lama sebulan menunggu sampah organic terurai.
Maka perlu manajemen waktu disini.
PERKIRAAN WAKTU
4 Minggu : Menunggu
sampah organic terurai
1 Minggu : Media tanam
siap pakai setelah sampah organic dicampur dengan tanah
Sambil menunggu media
tanam, 2 minggu sebelum media tanam siap pakai bibit sudah dapat di semai.
Jadi, media tanam siap
dipakai, bibit tanaman juga siap di pindah tanam.
Selamat mencoba nikmatnya memiliki kebun kecil di samping rumah 😊
Comments
Post a Comment